Peminum Kopi dan Kepribadian

{ Friday, December 13, 2013 }


Coffee Love Notes
Kopi merupakan salah satu minuman yang paling digemari banyak orang. Dari setiap tiga orang di dunia, salah satunya adalah peminum kopi. Kopi merupakan salah satu minuman yang paling dinikmati banyak orang, yang tidak sekadar diteguk saja, namun juga dinikmati. Bisnis kopi pun telah menjadi bisnis puluhan milyar dolar, yang hanya mampu disaingi oleh bisnis minyak bumi. Sebuah penelitian telah menemukan bahwa orang yang minum beberapa jenis kopi memiliki ciri-ciri yang sama. Psikolog klinis Dr. Ramani Durvasula melakukan penelitian ini terhadap 1.000 peminum kopi dan menilai sejumlah gaya kepribadian umum dan sifat-sifat psikologis. Termasuk di antaranya sifat introvert dan ekstrovert, kesabaran, perfeksionis, kehangatan, kewaspadaan, kepekaan, serta keberanian sosial.

1. Peminum kopi hitam ditemukan lebih lugu dan lebih memilih untuk menjaga hal-hal sederhana. Mereka lebih sabar dan lebih tahan terhadap perubahan. Sikap yang lebih tenang dan menjaga suasana hati, juga ditemukan pada peminum kopi hitam.

2. Peminum latte terlihat sebagai sosok pencari kenyamanan dan murah hati dengan waktu mereka. Mereka juga sering mengulur waktu mereka sendiri.

3. Orang-orang yang memesan kopi manis, atau minuman beku, misalnya frappuccino, terlihat lebih mengikuti tren dan menikmati mencoba banyak hal baru. Mereka dianggap lebih berani dalam hal sosial tetapi juga lebih sembrono.

4. Pemesan minuman ekstra berbusa seperti cappuccino atau memilih kopi tanpa kafein lebih menikmati berada dalam kontrol dan sering perfeksionis. Mereka terlalu sensitif dan cenderung khawatir tetapi teliti dalam memantau kesehatan mereka.

5. Sementara peminum kopi instan menjadi orang yang paling santai. Tapi mereka juga miskin dengan rencana dan paling mungkin menunda-nunda sesuatu.

Survei tadi dijelaskan Dr. Durvasula dalam buku You Are WHY You Eat: Change Your Food Attitude, Change Your Life. Penentuan survei dilakukan dengan memberi pertanyaan umum dan diminta memilih dari serangkaian pertanyaan. Dalam survei tersebut juga ditanya apakah mereka minum kopi dan jenis kopi apa yang dipesan.

Nah, kopi apa yang sering Anda minum?

Note #11

{ Thursday, December 5, 2013 }
Sepertinya...butuh. Seharusnya...ada. Tapi, banyak seharusnya yang nyatanya tidak harus terjadi.

Like We Used To

{ Wednesday, December 4, 2013 }
Can you promise me if this was right?

Laki-laki itu merenung sendirian di bangku taman sekolah sebelum seseorang menghampirinya. Gadis itu duduk tepat disampingnya. Beberapa menit mereka duduk bersebelahan, tak ada yang memulai percakapan. Bahkan, tak ada sapaan yang biasanya mereka lakukan. Entah apa yang ada dalam pikirannya masing-masing.

“Ada apa?”, tanya laki-laki itu membuka percakapan.

“Tidak. Tidak ada apa-apa. Kau tak suka aku disini?”

Laki-laki itu hanya diam. Lalu menatap lurus ke depan, tanpa menoleh sedetikpun pada orang yang berada didekatnya.

“Tak usah cerita jika kau tak mau.”, ucap gadis itu.

“Kau tahu tidak rasanya melepaskan saat masih butuh genggaman?”, tanya laki-laki itu masih dengan tatapan lurus ke depan.

Dengan rasa penasaran, gadis itu mencari jawaban yang tepat untuk menjawabnya. Ia takut akan resiko-resiko yang terjadi pada tiap kata yang ia keluarkan.

“Ya, aku tahu”, jawabnya sesingkat mungkin.

“Aku membutuhkan genggaman itu lagi. Apa ini tak terdengar egois?”, tanya laki-laki itu sambil menatap pada gadis disampingnya.

“Menurutmu?”

“Aku tahu, aku egois. Ingin menarik kembali apa yang telah aku biarkan pergi. Apa yang telah aku lepaskan.”

“Jadi? Kau berharap apa yang telah kau lepas, kau genggam kembali?”

“Ya, seperti itu.”

“Bahkan setelah kau punya genggaman baru, kau masih saja berharap?”, ucap gadis itu sambil mengatur intonasi suaranya.

Kemudian hening. Hanya suara gerimis yang mulai terdengar. Guyuran air hujan, tetap saja membuat mereka tak beranjak sama sekali dari tempat duduknya.

Does he sing to all your music
While you dance to purple rain?

Dari kejauhan, seorang gadis melihat ke arah mereka. Tatapan marah sepertinya. Lalu tatapan dua gadis itu bertemu. Yang ditatap tahu apa arti tatapan itu.

“Apa tak akan ada genggaman yang sama untuk kedua kalinya? Kau tahu, bagaimana aku membutuhkan itu. Terdengar egois memang. Tapi, aku benar-benar butuh genggaman kuat itu. Kau tahu? Genggaman yang sama tak akan terjadi pada orang yang berbeda. Kekuatanku kutitip padamu, jangan beri siapa-siapa, tolong. Maaf, aku merindukanmu”.

Dengan senyuman, laki-laki itu berjalan menemui gadis yang sedari tadi berdiri di sana. Ia tahu, laki-laki punya jiwa petualang.

Will she love you like I loved you?
Will he tell you every day?
Will he make you feel like you’re invincible
With every word she’ll say?

“Sepertinya, aku juga merindukannya.”, gumam gadis itu.

Can you promise me if this was right
Don’t throw thiss all away
Can you do all these things?
Will you do all these things?
Like we used to

Untuk genggaman yang benar-benar tak pernah merenggang.