Note #18

{ Thursday, July 31, 2014 }
tak ada lagi perih yang melekat. tak ada lagi keping berserakan. kini telah tertata dengan dekapan kekuatan. (baca: hati)

change(d)

{ Sunday, July 27, 2014 }
Hei.
I know something now
I did’nt before

Cause all I know is we said hello
And your eyes look like coming home
All I know is a simple name
Everything has changed
All I know since yesterday
Is everything has changed

Ya, berbicara tentang perubahan.. sebenarnya apa definisi perubahan? Hal yang tak lagi sama. Beberapa bahkan banyak hal yang beda. Perubahan kerap menyapa beberapa khalayak manusia. Seberapa kuat kau menghindar, itu tak jadi kendala perubahan menghampiri.

Baiklah, saya akan sedikit bercerita tentang satu sosok.
Saya mengenalnya sudah sejak lama, beberapa tahun silam tepatnya. Jika ada yang tanya seberapa kenal saya dengannya, akan kujawab dengan kalimat ‘amat sangat kenal’. Banyak hal yang sempat kami lalui bersama, tapi tidak selalu dalam hubungan khusus.-.v Setahun yang lalu, saya melihat beberapa perubahan darinya. Bukan perubahan fisik, saya tak pernah mempermasalahkan perubahan fisik yang terjadi pada seseorang. Sejak beberapa bulan belakangan ini, saya nyaris tak mengenalnya. Nyaris.... untung saja predikat ‘amat sangat’, masih jelas melekat pada mindset saya. Namun, beberapa hal membuat apa yang telah terpogram dalam pola pikir saya, luruh perlahan. Sikap yang ia tunjukkan belakangan ini, tak lagi kukenal.

Namun, perubahan tak selalu menawarkan kesediahan. Perubahan selalu mendewasakan bagi penikmatnya.
Terkadang, hanya keadaan yang berubah, tidak dengan orang-orang di dalamnya.


Kita pernah saling membahagikan. Kini kita sama-sama bahagia, walau bukan kau yang memberi kebahagian, pun diriku tak memberimu kebahagian. Namun, kita tak pernah saling menyakiti.



Note #17

{ Friday, July 25, 2014 }
Aku tahu apa yang telah dan sedang terjadi,
karena aku terlalu mengenalmu.

Penawar kesakitan; kekuatan

{ Monday, July 21, 2014 }


Tentang hati dan tentang kekuatan..

Kau pernah bilang, kau lebih kuat dari yang kau inginkan. Saat itu, sangat jelas. Kau benar-benar kuat, nampaknya tak ada lagi beban di pundakmu. Tak ada lagi yang membebani hatimu.

Namun, di tengah-tengah kekuatanmu, ada saja celah yang menyelip masuk mengganggu benteng pertahananmu. Lagi-lagi kau luruh. Hingga kau mencoba berdiri kembali dengan bantuan beberapa orang yang rupanya baru kau ketahui bahwa sebagian kekuatanmu ada pada mereka. Mereka selalu tahu menambah kekuatanmu dengan cara mengurangi bebanmu. Perlahan-lahan celah itu tertutup kembali. Cahaya pun muncul memenuhi hatimu.

Hingga suatu hari, cahaya itu mulai redup. Kau takut jika cahaya itu menjelma menjadi kegelapan. Haha rupanya, itu hanya sesaat. Kau selalu tahu cara jitu agar kepingan cahaya itu benar bercahaya. Kau kumpulkan agar utuh kembali. Dan, selamat. Kau berhasil!

Kemudian di hari-hari berikutnya, ada-ada saja yang sepertinya akan membuat bentengmu runtuh. Ia kikis secara perlahan hingga menjadi puing-puing yang hanya mengerti kelemahan. Pada saat itu, kau hanya tersenyum. Rupanya, ada yang masih mengharapkan hadirmu dalam dunianya. Saat itu pula kau berkata; “Aku kuat dan kekuatanku sama sekali tak ada padamu.”

Kau; adalah diriku sendiri.

Ika?

{ Tuesday, July 15, 2014 }
Rupanya, kau mengingkari beberapa janji dahulu sebelum kau menepati. Seberapa aku memarahimu karena janji yang kau ingkari, tak sekalipun kau menggubrisnya. Kau hanya tertawa sambil kau bubuhi beberapa alasan. Tapi, itu tak jadi masalah.
Oh ya, kita sudah melanggar janji bersama. Kau telah lewat sehari, sedangkan aku dua hari. Kau tahu itu kan?

Sebelum kutulis ini, aku tak sengaja membaca tulisanmu. Betapa bahagianya diriku karena kini kulit manggis telah ada ekstraknyaXD
Terima kasih, untuk setiap apa yang kau tulis:)

Apakah aku pernah mengajarkanmu cara memahami luka? Apakah aku pernah memberitahumu cara memaknai pedih? Apakah aku pernah membimbingmu cara merasakan kekecewaan? Kau...selalu tahu itu. Dan kau juga tahu, aku lebih memahami itu daripada kau.

Kau..selalu membantuku untuk bangkit, memapahku untuk berjalan kembali, dan memberi semangat ketika aku mulai mampu berjalan--seperti sebelumnya. Bahkan ketika semua sudah seperti biasanya, kau selalu ada sekalipun tak selalu berjalan bersamaku.

Tentang beberapa bulan yang lalu...apakah kau masih ingat? Aku yakin seyakin-yakinnya, kau tak pernah lupa saat itu. Ketika pertahananmu mulai runtuh perlahan hingga kau tak sanggup lagi untuk membangunnya kembali. Bahkan air mata tak sanggup untuk mengembalikan kepingan-kepingan itu. Hei! Jangan cengeng. Aku tak suka kau seperti itu. Bukankah kau kuat? Ayolaah, tunjukkan kekuatanmu itu. Kuharap, tak ada air mata lagi untuk hal itu. Awas saja. Jika kau melanggarnya, akan kutagih kau good day sebanyak yang kuinginkan:p Satu lagi, jangan kau letakkan lagi kekuatanmu pada orang yang awalnya kukira bisa menjadi penguatmu. Rupanya, tak ada yang berubah darinya; ia masih saja tak sejalan dengan apa yang dijanjikannya. Untung saja, sudah kuhapus dari daftar kerinduan:p

Seperti dirimu, aku ingin aku menjadi penawar kelemahanmu. Datang padaku kapanpun kau mau. Tenang saja, aku tak pernah menolak hadirmu. Berbeda dengan dirimu yang menolak hadirnya:p

Selalu ada waktu untuk berkata; "novel apa lagi mau dibeli eh?", "keren we kereeen", "sudah meko baca?", "ayok sama-samaki bacai", "nu ingatji?", "hahaha", "kodoooong", "msdtk:p", "tawwaaaa", "menurutku saya iya toh begini, kau?", "menurutku saya iya anu, toh?", "voucher apa lagi yg murah tp bagus jaringannya?-_-".
Masih banyak hal yang tak dapat terekam oleh tulisan, namun sangat jelas dalam memori.

Salam cantik #4;)

Note #16

{ Wednesday, July 9, 2014 }
beberapa hal tampak sama. nyaris seperti dahulu..
semoga genggaman silaturrahmi tak lagi merenggang..
kita sama-sama tahu, apa yang telah terjadi.

pada paragraf yang begitu singkat

{ Tuesday, July 8, 2014 }
pada paragraf yang begitu singkat, kau sempat menulis bekas luka. di sana kau dan aku dahulu dengan tabah menyusun huruf demi huruf sambil belajar membuat narasi yang bahagia. padahal akhir cerita tak bersahabat dengan waktu dan sisa rindu di sela kata terlalu lemah untuk patuh kepada air matamu. tak ada jeda untuk kau tinggal disini. biarkan aku membiarkanmu pergi.

biarkan aku membiarkanmu pergi.

pada paragraf yang begitu singkat ada ingatan yang berkarat. di sana, aku dan kau terperangkap dalam kalimat pasif yang tak paham bagaimana cara menunggu. sedangkan cintamu telah luput di titik terdekat dan langkahku telah lumpuh di tanda tanya terjauh. tak ada celah untukku pergi dari sini. biarkan aku membiarkanmu kembali.

biarkan aku membiarkanmu kembali.

-novel cinta dengan titik, bernard batubara

tapi tak ada waktu untuk kau kembali.
tak ku izinkan kau kembali.
tak usah kau kembali.

Note #15

{ Saturday, July 5, 2014 }
Dec, 1st 2013

dijatuhkan kemudian dijauhkan....
- ada kubaca di buku kecil paris-paris putih

you have to let go

{ Thursday, July 3, 2014 }
Pernah sekali aku mengagumi seseorang, entah bermula darimana. Lama aku mengaguminya, hingga rasa kagum itu menjelma menjadi sayang. Aku menyayanginya. Sepertinya pikiranku bertolak dengan hukum yang ada, bahwa ‘menyayangi tak harus memiliki’. Kucoba mendekatkan diri dengannya dengan harap perasaanku berbalas. Pesan singkat dengannya menjadi rutinitasku. Aku bahagia. Hingga akhirnya, kebahagiaanku terenggut. Terenggut oleh waktu, keadaan, dan beberapa sosok yang sangat berpengaruh dan dekat denganku, kala itu. Kala itu pula, kuminimalkan rutinitasku. Kemudian kucoba kuminimalkan perasaanku. Kucoba…tapi ini sulit. Begitu sulit. Setidaknya, sudah kuminimalkan rutinitasku dahulu. Aku tahu, aku butuh waktu yang lama untuk meminimalkan rasaku dahulu. Rupanya, aku menyayangi orang yang sepertinya sama sekali tak pernah berniat membalas rasaku. Tak apa. Aku bukan pilihan hatimu... Semoga kau bahagia.

Itu ceritamu setahun yang lalu, bukan? Masih fasihnya kurangkai cerita-ceritamu dahulu. Ini hanya beberapa, tidak se-detail yang kau ingat. Aku tahu, kau masih hafal alur lengkap kisahmu dahulu. Ini cerita lalu. Tentang kebahagiaanmu, kegalauanmu, kesakitanmu, dan perjuanganmu… aku selalu tahu itu. Dan kau lebih tahu kenapa aku banyak tahu tentang kisahmu ini.
Kemarin kau bilang beberapa kalimat yang membuatku sedikit agak terkejut. Aku kira kau setia pada perasaanmu. Aku kira kau tak ingin pergi dari rasamu. Ada apa? Kau kenapa? Apakah kau lelah? Apakah kau menyerah pada perasaanmu yang tak sejalan dengan logikamu? Kurasa, pilihanmu tepat. Ini cukup. Sudah cukup kau biarkan sayangmu tanpa balas. Biarkanlah perasaanmu melayang. Jauh…jauh. Berhenti kau fokuskan hatimu pada hati yang tak tepat. Ada hati yang lebih tepat di luar sana. Ada mulut yang membutuhkan telingamu. Ada mata yang membutuhkan tatapanmu. Ada kepala yang membutuhkan pundakmu. Ada tubuh yang membutuhkan rangkulanmu. Ada jiwa yang membutuhkan ragamu. Ayolaaah, jangan kau biarkan dirimu terperangkap lama di sana. Oh aku tahu, apakah kau sudah terperosok, bahkan sangat jauh? Tenanglah, aku akan membantumu. Menarikmu perlahan, membantumu berjalan, bahkan akan kubawa kau berlari semampuku, akan kutopang ketika kau terjatuh. Akan kuajarkan kau cara untuk melupakan sebagian kisahmu dahulu. Tapi tak pernah kuizinkan kau melupakan seluruhnya. Seutuhnya. Biarkanlah rindu membawamu pada kenangan. Tapi jangan biarkan kenangan membuatmu semakin merindu. Jangan kau terlalu larut merindu. Kau harus tahu, banyak hal yang bisa kau pelajari dari masa lalumu. Tak peduli itu indah ataupun kelam. Tidak ada yang sia-sia. Kekuatanmu akan bertambah ketika kau pergi dan meninggalkan apa yang tak lagi pantas kau perjuangkan. Acuhkan bayang-bayangnya yang selalu menghantui hari-harimu. Tanggalkan kesedihanmu, temukan kebahagianmu. Jangan takut. Akan kubebaskan kau, kemanapun kau mau. Kubiarkan kau, sejauh mana kau ingin. Asal kau ingat pulang dan ceritakan padaku apapun yang kau alami—selama tak kulihat ragamu, selama tak kugapai tanganmu, selama tak kudengar kabarmu. Dengan senang hati, akan kusimak setiap detail ceritamu.
Pergilah….
Kemudian pulanglah. Kutunggu kau dengan cerita-cerita barumu.
Izinkanlah jarak menjadi cerita kita kini. Maksudku, aku dan kau.
Bukan kita.
Kau bisa. Kau sanggup. Kau kuat, teman ceritaku.
Percayalah, kak.

(bukan) Kita

{ Tuesday, July 1, 2014 }
Sesederhana jarak duduk kau dan aku
Sesederhana tatapan kau dan aku
Sesederhana senyuman kau dan aku
Sesederhana obrolan singkat kau dan aku
Sesederhana kau dan aku menikmati kenangan
Sesederhana kau dan aku mencicipi kerinduan
Sesederhana kau dan aku mengingat
Sesederhana kau dan aku melupakan
Sesederhana kau dan aku,
bukan sesederhana kita
Karena kau dan aku tahu,
selalu ada jarak diantara kita

--di ruang ini, sebelah ruang dahulu.