Ya Rasulullah

{ Sunday, April 27, 2014 }

Ya Rasulullah
Engkau adalah kabar gembira
Engkau imam bagi kami dalam sholat
Engkau yang disambut Adam
Engkau yang disambut Yahya
Engkau yang disambut Yusuf
Engkau yang disambut Idris
Engkau yang disambut Harun
Engkau yang disambut Musa dan
Engkau yang disambut Ibrahim
Disetiap lapis langit dengan doa yang mesra
Engkaulah penutup mata terhubungnya bumi dengan langit
Ya Rasulullah
Inilah kami
yang menitikkan air mata
Inilah kami
Umatmu yang berbahagia dengan kehadiranmu
Ya Rasuullah
Engkau yang menjadi jalan hidayah bagi semesta
yang menjadi rahmat
yang menjadi cahaya menerangi gelap hati
Maka, izinkanlah kami Ya Rasulullah
Belajar darimu
Wahai hati yang merunduk

Note #12

{ Tuesday, April 22, 2014 }
"No hay nada que temer, todo va a estar bien"

Untuk: Kau

{ Thursday, April 17, 2014 }
Untuk: ikrana yg-cantik
Dari: saya yg-dihati
Sepertinya, kau tidak akan butuh waktu yang lama untuk menebak ini._.v


Untuk: Kau.
Beda. Iya beda.
Kalau tidak beda, saya tidak akan menjadikan kau topik kali ini.
Kau bilang kau tertarik pada kata beda itu.
Mari kujelaskan.

Untuk: Kau (lagi)
Sebenarnya, saya sempat berpikir kembali untuk memposting tulisan ini. Tapi, tak apalah ini sudah saya rencanakan sejak kemarin:p

Lagi-lagi, perbedaan.
Saya percaya, ingatan lebih banyak menyimpan yang beda dibanding yang sama. Right?

Untuk: (masih) Kau
Yang tidak selalu berkata iya pada setiap pendapat saya
Yang tidak selalu berkata setuju pada setiap tindakan saya
dan yang tidak selalu berkata saya benar pada setiap keputusan saya

Untuk: (tetap) Kau
Yang selalu berkata “halo:)” pada awal percakapan
Yang selalu menggunakan tanda baca seru di setiap akhir kalimat –pdhl setahuku kalo tanda seru itu, digunakan kalo kalimat perintah
Yang selalu menjadikan mood-nya sebagai alasan untuk tidak berdebat-_-

Ini terakhir,
Untuk….kau.
(entah kenapa membuat akhir cerita selalu proses yang paling sulit)
Ketika beberapa hal tak membuat pendapat kita sejalan,
Tak usah khawatir,
Tak usah marah,
Kita ikuti saja alur takdir,
Seperti katamu
Dan untuk setiap percakapannya, terimakasih.

ps: Jangan ge-er btw._.v ini tak lebih dari sekedar tulisan.


Untuk: ikrana yg-dihati
"bagaimana?:p"
Dari: saya yg-cantik

Watch and Learn.

{ Sunday, April 13, 2014 }
Ada kubaca dijurnalnya orang-tp selaluka menulis disitu: “jika kamu dibuat kuat dan jatuh oleh orang yang sama, bangkitlah lagi dengan menolak uluran tangannya, sekali lagi.”

How a good quote.

Ya, benar memang.
Saya heran, bagaimana pola pikir orang yang seperti ini? Tidakkah bisa untuk fokus pada satu tujuan saja? Jika ingin membuat jatuh, tolong tak usah dikuatkan. Toh, ujung-ujungnya kekuatan itu hilang. Adakah keegoisan dalam hal ini? Mungkin saja.
Ketika kau punya pegangan, pada saat yang sama kau dilepaskan. Menyakitkan bukan?
Dan ketika kau mencoba bangkit tanpa tumpuan lagi, masih saja kau dibuat tak nyaman. Betapa hal itu sangat melelahkan.

Bagaimana dengan sebuah ketakutan?
Kau pernah tidak merasakan ketakutan terbesar? Ya, pasti pernah. Tapi, apakah kau pernah mengetahui ketakutan terbesar orang lain? Orang yang bahkan sama sekali tak pernah membuat kau merasa nyaman? Kau tak tahu rasanya? Biar kuberitahu nanti.
Bagaimana mungkin saya tidak merasakan ketakutan itu. Saya dibuat nyata dalam zona-nya, padahal nyatanya saya sama sekali tak ada disana. Sosok saya hanya abu-abu, namun dibuat jelas. Yang seharusnya sudah lenyap, dibuat muncul lagi. Membuat ketakutan tersendiri rupanya. Kalau begitu, waspadalah. Saya selalu punya alasan untuk membuat ketakutan itu nyata. Saya selalu punya alasan untuk membuat ketakutan besar itu, menjadi sebuah kekuatan yang lebih besar. Maaf saja, kawan. Biarkan keegoisan menjadi benteng pertahanan kita. Setuju atau tidak, saya tetap teguh bersama benteng itu. Saya tak akan mundur, tapi sebagai bentuk penghargaan saya, saya tidak akan maju lebih dulu. Cukup menyaksikan saja. Selamat bermain. Saya senang dengan permainan ini.

j-a-r-a-k

{ Sunday, April 6, 2014 }
Jarak.
Jarak itu ada batas.
Entah sekuat apa itu, tetap saja kusebut batas.
Saya suka jarak,
ketika hanya jarak-lah,
yang membuat saya tidak melakukan hal-hal yang nantinya berakibat fatal.
Saya tak suka jarak,
ketika hanya jarak-lah,
yang membuat saya tertekan untuk melakukan hal-hal yang terbaik.
Entah sejauh maupun sedekat apa.
Selalu ada batas disela-selanya.
dan untuk jarak itu,
saya tetap disini.