Aku menulis ini sebagai pengingat
bahwa aku pernah mengingatmu setelah aku nyaris melupakan rasa yang pernah kita
rangkai. Tulisan ini pula yang akan membuatku mengingat bahwa kita pernah
menghancurkan rangkaian yang sudah sedemikian rupa kita buat. Kau tahu kenapa
kita menghancurkannya? Karena rasa tersebut telah kita bagi. Duh, kita terlalu mudah membagi rasa. Untung
saja, kita belum mati rasa. Sehingga, kita masih fasih merangkai rasa-untuk
masing-masing hati.
Kau sempat terluka, pun diriku.
Namun, sesungguhnya kita tak pernah saling melukai.
Kau tak pernah menawarkan luka.
Namun, kau tahu cara menyembuhkan luka.
Aku tak tahu cara apa yang kau
gunakan untuk membuatku berdiri tegak.
Aku tak tahu kekuatan apa yang
kau gunakan untuk menggenggamku.
Aku tak tahu kehangatan apa yang
kau berikan ketika merangkulku.
Aku tak tahu rasa apa yang kau
gunakan ketika menawarkan rasa yang sama padaku.
Yang kutahu, kita sama-sama tahu
apa yang pernah dan telah terjadi.
Aku telah lupa.
Lupa akan seperti apa rasa yang
pernah ada.
Lupa akan hati seperti apa yang
pernah kugunakan.
Lupa akan sosok siapa yang pernah
membuat rasa dan hati tak seperti kali ini.
Aku pernah lupa, namun aku belum
lupa.
Hanya saja, aku tak lagi
mengingat,
mengingat segala rasa yang telah
lenyap dan diganti oleh rasa yang baru.
Rasa yang sama dengan sosok
berbeda.
Kali ini tak sepenuhnya bercerita
tentang diriku sendiri
Kali ini tak sepenuhnya sosok
yang sama kujadikan rangkaian kalimat.