aku (belum) lupa.

{ Thursday, September 25, 2014 }


Aku menulis ini sebagai pengingat bahwa aku pernah mengingatmu setelah aku nyaris melupakan rasa yang pernah kita rangkai. Tulisan ini pula yang akan membuatku mengingat bahwa kita pernah menghancurkan rangkaian yang sudah sedemikian rupa kita buat. Kau tahu kenapa kita menghancurkannya? Karena rasa tersebut telah kita bagi.  Duh, kita terlalu mudah membagi rasa. Untung saja, kita belum mati rasa. Sehingga, kita masih fasih merangkai rasa-untuk masing-masing hati.

Kau sempat terluka, pun diriku. Namun, sesungguhnya kita tak pernah saling melukai.
Kau tak pernah menawarkan luka. Namun, kau tahu cara menyembuhkan luka.
Aku tak tahu cara apa yang kau gunakan untuk membuatku berdiri tegak.
Aku tak tahu kekuatan apa yang kau gunakan untuk menggenggamku.
Aku tak tahu kehangatan apa yang kau berikan ketika merangkulku.
Aku tak tahu rasa apa yang kau gunakan ketika menawarkan rasa yang sama padaku.
Yang kutahu, kita sama-sama tahu apa yang pernah dan telah terjadi.

Aku telah lupa.
Lupa akan seperti apa rasa yang pernah ada.
Lupa akan hati seperti apa yang pernah kugunakan.
Lupa akan sosok siapa yang pernah membuat rasa dan hati tak seperti kali ini.
Aku pernah lupa, namun aku belum lupa.
Hanya saja, aku tak lagi mengingat,
mengingat segala rasa yang telah lenyap dan diganti oleh rasa yang baru.
Rasa yang sama dengan sosok berbeda.


Kali ini tak sepenuhnya bercerita tentang diriku sendiri

Kali ini tak sepenuhnya sosok yang sama kujadikan rangkaian kalimat.

kuberi judul: 97

{ Friday, September 5, 2014 }
"Always, Nung", begitu katamu.
Duh, sudahlah. Berhenti gunakan kata itu. Karena cepat atau lambat, kau mengubah 'always' itu menjadi 'ever'.
Kau selalu menepati janjimu, sebelum akhirnya kau ingkari.
Jadi, bisakah kaliamat 'kau pernah menepati janji' kutujakan padamu?
Lalu, bolehkah pertanyaan 'kenapa kau mengingkari?' kuajukan padamu?
Berhentilah berjanji seperti itu.
Btw, terima kasih untuk doa yang sempat kau sampaikan:) Sukses untuk cita-citamu!
Kau telah mengambil rindu yang sempat kau titipkan.
Agar aku tak merindu lagi, kan?

Note #20

{ Monday, September 1, 2014 }
Katamu, kau punya komitmen.
Katamu, kau menggenggam kekuatan komitmenmu.
Rupanya, tidak.
Tindakanmu tak seteguh komitmenmu, Tuan.

teruntuk; sang penganut komitmen.